The King of Egypt

The King of Egypt


the king of egypt
Lelaki yang satu ini tampak berwibawa.  Sorot matanya tajam.  Ia tampil sebagai sosok yang santun dan sangat bersahaja.  Ia dikenal sebagai raja, panglima yang ahli dalam strategi perang, sekaligus pemimpin umat yang penuh toleransi serta dikagumi rakyatnya.  Banyak manuskrip yang mencatat "Saladin Sang Raja Mesir"(Saladin, King of Egypt) sebagai simbol kekuasaan Eropa.  Namanya juga tidak bisa dilepaskan begitu saja dari sejarah Perang Salib yang membawa kejayaan Islam, namun tanpa menindas kaum Kristiani.

Sultan Salahuddin berasal dari keluarga kurdi.  Ayahnya seorang pemimpin kaum kurdi.  Ia terlahir di Tikrit, daerah dekat Sungai Tigris dengan nama Salahidun Yusuf bin Ayyub.  Saladin muda dikirim ke Damaskus, Suriah, untuk menimba ilmu.  Selama sepuluh tahun ia berguru pada Nuruddin yang juga seorang pemimpin Suriah.  Ia juga berguru ilmu militer pada pamannya, seorang negarwan Seljuk dan pimpinan pasukan Shirkuh.  Kemudian ia dikirim ke mesir untuk menghadang perlawanan Khalifah Fathimiyah tahun 1160.  Ia sukses dengan misinya yang membuat pamannya duduk sebagai wakil di Mesir pada tahun yang sama.  Namun dua bulan kemudian, ia meninggal dan digantikan oleh Saladin.  Karena kurangnya dukungan peguasa, Salahuddin kembali ke Kairo yang menjadi pusat Dinasti Ayub.

Tahun 1171 Saladin menekan penguasa Fathimi dan menjadi pemimpin Mesir dengan dukungan kekhalifahan Abbasiah.  Pada tahun yang sama, Saladin mendapat invasi dari Kerajaan Kristen Jerusalem.  Nuruddin berniat membalas serangan saat itu juga.  Namun Salahuddin cenderung lebih menahn diri, mengingat kekuatan yang dianggap tidak seimbang.  Inilah yang membuat hubungan antar keduanya sempat merenggang.  Saladin lebih mengikuti anjuran sang ayah untuk tidak memasuki area konflik dengan Nuruddin.  Ia pun mulai memperbaiki perekonomian Mesir dan mengorganisasi ulang kekuatan militernya.

Pada tahun 1174 Nuruddin meninggal dunia.  Sepeninggalnya barulah Saladin serius memerangi kelompok muslim sempalan dan pemberontak kristen.  Ia bergelar Sultan di Damaskus, Mesir, dan menjadi pendiri Dinasti Ayyubi serta mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir.  Ia menikahi janda Nuruddin dan menaklukkan dua kota penting Aleppo dan Mosul yang dulu selalu gagal di taklukkan Nuruddin.  Namun ia menjadi penguasa yang bersahaja.  Sultan Saladin selalu menghindari pertumpahan darah, apalagi warga sipil.  Bahkan saat menaklukkan Aleppo, 22 Mei 1176, nyawanya nyaris melayang karena usaha pembunuhan.

Ia senantiasa melakukan konsolidasi di Suriah dan sebisa mungkin menjaga agar tidak terjadi pertumpahan darah dengan Pasukan Salib, sebesar apapun provokasi mereka.  Ia masih belum bereaksi saat Raynald of Chatillon mengusik aktivitas perdagangan dan perjalanan ibadah haji di Laut Merah, wilayah yang menurut Saladin harus selalu menjadi wilayah bebas.  Hingga akhirnya, saat terjadi penyerangan terhadap rombongan jamaah haji tahun 1185.  Saladin meradang.

Bulan juli 1187, Saladin menyerang Kerajaan Jerusalem dan terlibat dalam pertempuran Hittin.  Ia berhasil mengeksekusi Raynald dan rajanya, Guy of Lusignan.

Ia kembali ke Jerusalem 2 Oktober 1187, setelah 88 tahun Kaum Salib berkuasa.  Berbagai medan pertempuran dilaluinya, dengan satu pesan yang sama, "Minimalkan pertumpahan darah, jangan melukai wanita dan anak-anak."  Itulah prinsip yang selalu dibawanya.

Dalam Perang Salib III ini, tak sedikit biaya yang dikeluarkan oleh kubu Kristen.  Bahkan Inggris mengucurkan dana bantuan yang dikenal dengan istilah "Saladin Tithe" (Zakat melawan Salahuddin).

Pernah, dalam satu pertempuran, ia berhadap-hadapan dengan King Richard I dari Inggris di medan perang Arsuf tahun 1191.  Namun di luar perkiraan, kedua pasukan, Saladin dan King Richard I justru saling berjabat tangan dan menghormat satu sama lain.  Bahkan ketika mengetahui pimpinan pasukan musuhnya itu sakit, Salahuddin menawarkan bantuan seorang dokter terbaik yang dimiliki Damaskus.  Begitu juga saat Richard kehilangan kuda tunggangannya, ia memberikan dua ekor sebagai gantinya.  Di medan itu, keduanya sepakat berdamai.  Perjanjian itu (King Richard I) membagi wilayah pesisir untuk kaum kristen dan Jerusalem untuk kaum Muslim.

Tak lama setelah kepergian Richard, Saladin wafat pada tahun 1193 di Damaskus.  Saat kotak penyimpanan harta Saladin dibuka, ahli warisnya tidak menemukan cukup uang untuk membiayai pemakamannya.  Ternyata ia selalu mendermakan hartanya kepada kaum yang membutuhkan.  Beliau di makamkan di Suriah.

Nama Saladin harum di seantero dunia hingga kini.  Bukan hanya di kalangan Muslim, kalangan non-muslim juga sangat menghormatinya.  Satu yang di catat dalam buku-buku sejarah : "Ketika pasukan Salib beramai-ramai menyembelih semua Kaum Muslimin yang menjadi tawanan perang saat menaklukkan Jerusalem,  Saladin justru memberikan amnesti dan kebebasan bagi kaum Katolik Roma begitu ia menaklukkan Jerusalem."

0 Response to "The King of Egypt"

Post a Comment

komentar anda adalah pelajaran untuk saya.....