Ibrahim Putra Rasulullah SAW

Ibrahim Putra Rasulullah SAW


Ibrahim
Putra Rasulullah SAW

Para Sejarawan dan perawi sepakat bahwa jumlah anak Rasulullah SAW ada enam terdiri dari dua putra, yaitu Al-Qasim dan Ibrahim serta empat putri yaitu, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum dan Fatimah.  Semua putri Rasulullah SAW ikut serta behijrah bersama beliau.

Para Ulama berbeda pendapat mengenai anak beliau selain yang telah disebutkan.  Dikatakan nabi tidak memiliki anak selain mereka yang telah disebutkan.  Berikut adalah pendapat dan keterangan para sejarawan :
  • Ibnu Ishak mengatakan, " Nabi mempunyai dua putra lain yang bernama Ath-Thahir dan Ath-Thayyib. Dengan demikian anak beliau berjumlah delapan orang; empat putra dan empat putri."
  • Az-Zubair bin Bikar mengatakan, "Selain Ibrahim, putra beliau yang lain adalah Al-Qasim dan Abdullah yang meninggal ketika masih balita di Makkah, Abdullah ini mempunyai dua nama lain yaitu Ath-Thayyib dan Ath-Thahir, jadi anak beliau yang satu ini mempunyai tiga buah nama.  Ia dinamakan Ath-Thayyib dan Ath-Thahir karena dilahirkan setelah kenabian.  Dari sini maka Nabi mempunyai putra-putri berjumlah tujuh, tiga laki-laki dan empat yang lainnya adalah perempuan."
  • Dalam Syifah Ash-Shafwah, Ibnul Jauzi berkata, "Nabi mempunyai putra bernama Ath-Thayyib danAl-Muthayyab yang lahir kembar, disamping beliau juga mempunyai putra yang bernama Ath-Thahir dan Al-Muthahhar yang juga kembar.  Dengan demikian jumlah keseluruhan putra-putri beliau adalah sebelas."
  • Ada yang mengatakan, bahwa sebelum diangkat sebagai Nabi, beliau mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Abdu Manaf, sehingga putra-putri beliau berjumlah dua belas orang (jika ditambahkan dengan pendapat ke-tiga).  Ada yang mengatakan, selain Abdu Manaf, seluruh putra-putri Rasulullah dilahirkan setelah Islam setelah diutusnya beliau sebagai Nabi dan Rasul.
  • Ibnu Ishak mengatakan, "Seluruh putra-putri beliau selain Ibrahim dilahirkan sebelum Islam.  Seluruh laki-laki meninggal sebelum Islam, ketika mereka masih menyusu.  Dan telah disebutkan bahwa Abdullah lahir setelah kenabian, karenanya dia diberi nama Ath-Thayyib atau Ath-Thahir.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak beliau yang laki-laki berjumlah delapan, dua di antaranya sudah disepakati oleh seluruh pendapat yaitu Al-Qasim dan Ibrahim, sedang enam yang lain masih diperdebatkan, yaitu Abdu Manaf, Abdullah, Ath-Thayyib, Al-Muthayyab, Ath-Thahir dan Al-Muthahhar.  Adapun pendapat yang palih shahih, jumlah anak laki-laki beliau adalah tiga.

Sedangkan anak perempuan beliau yang berjunlah empat telah disepakati para ulama.  Kecuali Ibrahim, seluruh putra-putri beliau berasal dari Khadijah binti Khuwailid.


Ibrahim Putra Rasulullah SAW

Ibunya adalah Maria Al-Qibthiyyah binti Syam'un.  Maria dilahirkan di desa Hafn atau Shafn di pedalaman Mesir yang terletak di jalur timur Sungai Nil.  Maria Al-Qibthiyyah dan saudarinya yang bernama Sirin lahir dari seorang ayah beragama Coptic bernama Syam'un dan seorang ibu berkebangsaan Romawi.

Di istana Al-Muqawqis, pembesar Coptic di Mesir yang bernama Juraij bin Minaa', (penguasa Mesir sebelum Heraklius atau Hercules - Raja Romawi).  Maria tumbuh dewasa bersama saudarinya Sirin.  Keduanya merupakan pembantu di antara sekian banyak pembantu Al-Muqawqis yang hidup serba kecukupan dan mendapatkan kenikmatan.

Di waktu yang lain Al-Muqawqis tinggal di Mesir beberapa saat dan tinggal di Alexandria (Iskandariyah atau Alexandria masuk wilayah Mesir. Edt).  Tak pelak, para ajudan dan pembantunya mengikuti sang majikan di mana ia tinggal.

Suatu saat, ketika Al-Muqawqis berada di istananya di Alexandria, pada musim panas, di ruang santainya yang menghadap tepi laut dan sedang menikmati udara segar, saat itulah datang pengawalnya lalu mohon izin untuk menghadirkan seorang utusan bernama Hathib bin Abu Balta'ah.  Ia seorang utusan dari Jazirah Arab yang datang untuk menyampaikan sepucuk surat.

Al-Muqawqis lantas mempersilahkan utusan tersebut untuk menghadap kepadanya.  Maka masuklah seorang laki-laki berumur sekitar empat puluh tahun yang mengenakan pakaian Arab.  Lalu Hathib bin Abu Balta'ah mendekat ke arah Al-Muqawqis seraya menyerahkan sepucuk surat yang dibawanya.  Al-Muqawqis lantas membaca surat yang isinya berbunyi, "Bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad bin Abdullah kepada Al-Muqawqis, penguasa Mesir.  Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk.  Amma ba'du.  Sesungguhnya aku mengajak kepada Anda untuk memeluk Islam.  Jika Anda masuk Islam maka Anda akan selamat.  Allah akan memberikan pahala kepada Anda dua kali lipat.  Dan jika Anda menolak, maka anda bertanggung jawab atas dosa seluruh orang-orang Coptic.  Allah berfirman,
Katakanlah, "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS Ali Imran [3] : 64)
Dari surat ini Al-Muqawqis mengetahui bahwa seorang nabi telah diutus di tanah Arab.  Dan ia juga mengetahui bahwa sang nabi tersebut mengajaknya kepada agama baru untuk tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun dan tidak mengambil selain Allah sebagai tuhan.

Hati Al-Muqawqis pun terbuka.  Dan melapangkan dirinya untuk memeluk agama yang lurus itu.  Namun ia enggan untuk memproklamirkan keislamannya kepada siapapun, karena takut kepada rakyatnya yang mayoritas beragama Nasrani dan takut kepada negara Romawi yang merupakan pusat kekuasaan, dimana mayoritas penduduknya juga beragama Nasrani.

Lalu Al-Muqawqis menulis surat balasan kepada Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa ia percaya kemunculan seorang nabi baru, namun ia berkeyakinan nabi terebut muncul di Syam.

Maka ia pun menginstruksikan para pengawalnya untuk menyiapkan hadiah guna dikirim kepada nabi dari Arab itu.  Dan hadiah pun telah siap.  Hadiah terdiri dari pakaian, alat-alat rias, madu pilihan dari daerah Banha, keledai dan bighal putih (hewan hasil kawin silang antara kuda dan keledai), dokter Mesir, serta hadiah utama, yaitu dua orang budak perempuan atau dayang istana yang mana keduanya adalah dua budak tercantik dan terbaik dari sekian budak yang ada di istana Al-Muqawqis.  Keduanya adalah Maria dan Sirin yang ditemani pembantu bernama Mabur.

Hathib bin Abu Balta'ah pun meninggalkan tanah Mesir, bersama hadiah-hadiah yang dipersembahkan Al-Muqawqis serta dua gadis muda Maria dan Sirin.  Mereka dikawal sekelompok pasukan Al-Muqawqis yang bertugas menjaga mereka selama dalam perjalanan.

Rombongan berangkat dari Alexandria via jalur timur menuju Jazirah Arab, ke tempat di mana Nabi Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah sebagai petunjuk bagi umat manusia dan sebagai rahmat bagi semesta alam.

Bersama Maria dan Sirin, rombongan mulai meninggalkan bumi Mesir yang nampak hijau, di kanan kiri jalan terlihat perkebunan dan pertamanan.  Maria dan Sirin bertanya-tanya, "Hendak menuju kemanakah keduanya..? Dan akan tinggal bersama majikan manakah keduanya..?" Yang pasti keduanya mendengar akan diberikan kepada seorang pria hebat di kalangan lelaki Arab.  Muncul pertanyaan di benak keduanya, "Siapakah gerangan pria tersebut..? Dan bagaimana kondisi daerah yang nantinya akan mereka tempati..?"

Maria dan Sirin akhirnya mendapatkan jawaban dari orang yang menyertainya yaitu Hathib bin Abu Balta'ah.  Ia memberi tahu bahwa keduanya akan diserahkan kepada orang yang agung.  Selama perjalanan Hathib banyak menceritakan hal-hal yang hendak diketahui keduanya.
Hathib menceritakan kepada keduanya bahwa Nabi dari bangsa Arab tersebut lahir dalam keadaan yatim, kemudian diasuh oleh kakeknya lalu pamannya.  Hathib menceritakan kepada keduanya tentang sifat kejujuran, amanah, dapat dipercaya dan keadilan Nabi tersebut.  Ia juga menceritakan bagaimana orang tersebut didaulat menjadi utusan Allah demi menunjuki manusia ke agama yang benar.  Hathib juga menceritakan kepada keduanya mengenai intimidasi dan siksaan yang dialami Rasulullah SAW dalam berdakwah dan bagaimana kaumnya memerangi beliau sehingga akhirnya beliau hijrah dari Makkah yang merupakan tempat kelahiran dan tanah tumpah darah beliau menuju Madinah.  Hathib juga menceritakan bagaimana penduduk Madinah memberikan pertolongan kepada beliau dan bagaimana mereka bersungguh-sungguh dan serius dalam memberikan bantuan kepada beliau hingga akhirnya beliau dapat menyiarkan dakwah kepada umat manusia.

Mendengar cerita tersebut, hati Maria dan Sirin pun tenang.  Keduanya memberikan penghormatan kepada laki-laki pejuang tersebut yang telah berjuang di jalan Allah.. Keduanya sangat ingin sekali berada di dekat Nabi tersebut, keduanya ingin mendapatkan perlindungan dan naungan darinya.

Jiwa keduanya tergerak untuk masuk agama yang toleran dan lurus itu.  Keduanya ingin segera memeluk Islam.  Maria dan Sirin akhirnya masuk Islam di hadapan Hathib meski keduanya belum melihat langsung sang pembawa risalah tersebut.

Di tengah perjalanan menuju Madinah, rombongan bertemu dengan kafilah dagang yang datang dari Syam, yang akan menuju Madinah juga.  Hathib berinisiatif untuk bergabung bersama kafilah tersebut dan menginstruksikan pasukan pengawal Al-Muqawqis yang menemani mereka untuk kembali ke Alexandria.  Pasukan pun memenuhi permintaannya.  Sementara Hathib beserta orang-orang yang bersamanya bergabung dengan kafilah tersebut sampai tiba di Madinah.

Nabi Muhammad SAW menerima hadiah Raja Al-Muqawqis tersebut dengan sukarela.  Hanya saja beliau mengembalikan dokter Mesir ke Alexandria, karena beliau tidak membutuhkannya sembari berkata, "Kami adalah kaum yang tidak makan sampai kami merasa lapar dan jika kami makan tidak sampai kenyang."

Maria dan Sirin menyerahkan diri kepada Rasulullah SAW.  Dan akhirnya beliau memilih Maria untuk dijadikan istri, sementara Sirin dihadiahkan kepada penyair kaum muslimin bernama Hassan bin Tsabit.

Rasulullah lantas mewajibkan Maria untuk berhijab.  Nabi menempatkan Maria di rumah Al-Harits bin Nu'man yang dekat dengan rumah istri-istri beliau yang lain.

Namun, dikarenakan para istri beliau cemburu karena melihat 'madu' baru yang asing dan berparas cantik serta berkulit putih ini, maka mereka tidak begitu saja membiarkan Maria hidup berdampingan dengan tenang.  Dari mereka ada yang memperlakukan Maria dengan perlakuan yang membuat Nabi khawatir dan selanjutnya memindahkan Maria ke tempat yang terkenal dengan sebutan Al-'Aliyah.  Yaitu suatu daerah yang masih di sekitar Madinah.  Sehingga Rasulullah dalam beberapa waktu tidak sempat mengunjungi Maria.

Belum lagi rasa cemburu para istri nabi padam, istri tercinta beliau Aisyah berkata. "Aku tidak pernah cemburu melebihi rasa cemburuku kepada Maria.  Hal itu disebabkan karena kecantikannya dan dikarenakan Rasulullah sangat takjub kepadanya."

Beginilah api cemburu menyulut hati para istri nabi terhadap Maria.  Baik yang mereka utarakan secara terang-terangan maupun yang secara sembunyi-sembunyi.  Sampai sebagian istri Nabi berupaya untuk memperdaya Maria.

Ketika Maria mengutarakan kabar gembira kehamilannya, maka Nabi pun sangat bahagia.  Dan ketika istri-istri yang lain tahu tentang kabar gembira ini, maka tidak ada sikap yang mereka perlihatkan kecuali rasa sedih dan gundah.  Mereka iri kepada Maria, bagaimana ia dapat mempersembahkan anak kepada Nabi, sedang mereka tidak.  Nabi sangat bahagia dan senantiasa memperhatikan Maria.  Nabi SAW selalu memberikan perlindungan ekstra kepada Maria, dari sejak mengandung sampai melahirkan


Kelahiran Ibrahim Putra Rasulullah SAW

Ketika Rasulullah SAW berada di masjidnya, tiba-tiba sahaya beliau bernama Abu Rafi' memberitahukan kepadanya tentang kelahiran Ibrahim.  Mendengar berita gembira ini, maka beliau memuliakan Abu Rafi' bersama istrinya Salma, yang menangani kelahiran Ibrahim.  Menyambut kelahiran Ibrahim, maka Rasulullah SAW bershadaqah kepada seluruh kaum fakir miskin di Madinah.

Ketika malaikat Jibril menghampiri Rasulullah SAW, seraya mengucapkan salam kepada beliau."Keselamatan untukmu wahai Abu Ibrahim," maka dada Rasulullah terasa sejuk, jiwanya terasa lapang dan wajahnya nampak berseri-seri.

Rasulullah pun mengundang kaum perempuan yang mau menyusui putranya, dan beliau memberikan seekor kambing sebagai upahnya.  Rasulullah SAW selalu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan putranya tersebut dengan kebahagiaan dan keceriaan.

Putra yang baru lahir dan penuh berkah ini merupakan hadiah Allah SWT kepada Rasul-Nya sekaligus hiburan bagi beliau dan penyejuk jiwanya setelah berusia senja, dan setelah para istrinya selain istri pertamanya, Khadijah, tidak dapat memberikan seorang putra pun kepadanya.

Ibrahim pun tumbuh dan berkembang dengan baik.  Ia menjadi sumber keceriaan dan kebahagiaan Rasulullah SAW hingga beliau senantiasa membawa dan menimangnya.  Dan bahkan membawanya ke hadapan Aisyah untuk diperlihatkan kepadanya seraya bertanya dengan penuh kebahagiaan, "Wahai Aisyah, tidakkah kamu melihat kemiripan antara aku dengannya..?" Akan tetapi Aisyah dengan diselimuti kecemburuan tidak dapat mengendalikan diri dan menjawab pertanyaan suaminya dengan ketus,"Aku tidak melihat sama sekali adanya kemiripan antara kalian berdua..!"

Lalu ketika beliau bertanya kepada Aisyah tentang baiknya pertumbuhan dan penampilan Ibrahim, Aisyah menjawab, "Sesungguhnya anak yang mendapatkan makanan seperti makanan yang diberikan kepada Ibrahim, pastilah akan tumbuh dan berkembang dengan baik."  Beginilah rasa cemburu yang menyelimuti jiwa-jiwa para istri Rasulullah SAW terhadap Maria dan putranya, meskipun beliau telah berusaha menghindarkan mereka dari kecemburuan tersebut.

Maria menikmati kehidupan yang tenang dan nyaman di bawah naungan lelaki agung, yaitu seorang Nabi dan Rasul serta pemimpin umat manusia seluruh dunia.  Maria merasakan ketenangan dengan kelahiran putranya Ibrahim, yang kemudian tumbuh dan berkembang hingga mencapai usia satu tahun lebih enam bulan.  Rasulullah SAW merasakan ketenangan bersama Maria dengan kelahiran Ibrahim.  Beliau merasa senang dan terhibur dengan kehadiran Ibrahim di tengah-tengah perjuangan dakwahnya.


Wafatnya Ibrahim Putra Rasulullah SAW

Rasulullah SAW dan Maria tidak dapat menikmati masa-masa indah bersama putra mereka dalam waktu yang lama.  Pasalnya, Ibrahim kerap menderita sakit dan semakin hari penyakit tersebut semakin bertambah gawat hingga dikhawatirkan mengancam jiwanya.  Seluruh anggota keluarganya turut menjaga dan merawatnya serta berusaha meringankan penderitaannya, akan tetapi tanpa hasil.  Sakit Ibrahim semakin bertambah parah hingga diketahui bahwa Ibrahim, yang merupakan penyejuk mata Rasululah dan Maria, tidak dapat bertahan hidup dan maut tidak bisa diperlambat.

Ketika ajal mendekat, Ibrahim memanggil Rasulullah dengan lirih, Ibrahim merelakan jiwa dipangkuan sang ibu.  Lalu Rasulullah mengangkat dan meletakkannya di atas pangkuannya dengan hati yang sedih dan bermuram durja.

Dalam kesedihannya, Rasulullah mengatakan, "Wahai Ibrahim, sesungguhnya kita tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah."  Ibrahim pun menghembuskan nafasnya, yang diiringi dengan linangan air mata kesedihan Rasulullah SAW untuk melepas kepergiannya.  Begitu juga dengan Maria dan saudara perempuannya Sirin, yang menangis tersedu-sedu.  Ketika jasad Ibrahim sudah tidak bergerak, air mata tiada henti mengalir dari kedua mata Rasulullah.

Beliau kembali bersabda, "Wahai Ibrahim, seandainya ini bukan perintah yang haq, janji yang benar, dan masa akhir kita yang akan menyusuli masa awal kita, niscaya kami akan merasa sedih atas kematianmu lebih dari ini.  Kami semua merasa sedih wahai Ibrahim."

Kemudian Rasulullah menghampiri Maria yang sedang berkabung atas kematian putra tercintanya untuk menghiburnya seraya berkata, "Sesungguhnya ia akan mendapatkan orang yang menyusuinya di surga."  Jenazah Ibrahim lalu dimandikan dan diusung di atas tandu kecil dibawa ke Baqi'.  Rasulullah bersama pamannya Al-Abbas dan segenap kaum muslimin mengusung jenazahnya dan melepas kepergiannya.

Ibrahim telah dimakamkan, Rasulullah pun meratakan tanah kuburnya, menyipratkan air, dan memberi tanda di atasnya seraya bersabda, "Ini tidaklah memberikan mudharat dan tidak pula manfaat, akan tetapi ia untuk menenangkan jiwa orang yang masih hidup.  Dan sesungguhnya apabila seorang hamba melakukan sesuatu perbuatan, maka Allah senang jika perbuatan tersebut dilakukan dengan sebaik-baiknya."

Ketika Ibrahim meninggal dunia, di Madinah terjadi gerhana matahari.  Ketika itu kaum muslimin mengatakan, "Gerhana matahari tidaklah terjadi kecuali ketika kematian Ibrahim."

Rasulullah pun mendengar perkataan masyarakat ini, sehingga beliau memberikan nasehat kepada mereka, "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari beberapa tanda kekuasaan Allah, dan keduanya tidak mengalami gerhana karena mati atau hidupnya seseorang.  Apabila kalian melihat gerhana matahari tersebut, maka bersegeralah untuk berzikir kepada Allah dengan (melakukan) shalat."

Maria harus berpisah dengan 'penyejuk matanya', kemudian tidak berapa lama ia pun harus berpisah dengan suami tercintanya, Rasulullah SAW.  Beliau meninggal dunia dan meninggalkan Maria.  Tidak ada yang dapat menghibur Maria kecuali ia adalah ibu bagi putra Rasulullah SAW.  Tiada yang dapat melupakan kesedihan dirinya dan saudaranya dalam keterasingan, kecuali wasiat Rasulullah kepada keluarga mereka.  Ia berwasiat kepada kaum muslimin, "Hendaklah kalian memperlakukan orang Coptic dengan baik, karena mereka berhak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang."

0 Response to "Ibrahim Putra Rasulullah SAW"

Post a Comment

komentar anda adalah pelajaran untuk saya.....