Jangan Melampaui Batas Dalam Berinfak

Jangan Melampaui Batas Dalam Berinfak


infaq
Pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi Bani Quraizhah terhadap Islam dan kaum Muslimin, membulatkan tekad Rasulullah SAW untuk memerangi dan menumpas mereka.

Dalam pada itu, orang-orang Yahudi meminta kepada Rasulullah SAW agar mengutus Abu Lubabah kepada mereka untuk melakukan musyawarah demi meraih kesepakatan bersama.  Rasulullah SAW memenuhi permintaan mereka dan segera mengutus Abu Lubabah untuk melakukan musyawarah dengan mereka.

Dalam pertemuan itu, mengingat adanya hubungan khusus yang dimiliki oleh Abu Lubabah dengan orang-orang Yahudi Bani Quraizhah, maka kesepakatan-kesepakatan yang tertuang dalam sebuah perjanjian damai itu cenderung menguntungkan orang-orang Yahudi Bani Quraizhah dan merugikan kaum Muslimin.

Saat beranjak dari pertemuan dengan orang-orang Yahudi itu, tiba-tiba Abu Lubabah mengalami rasa sesal yang luar biasa akibat penghianatan yang telah ia lakukan terhadap Rasulullah dan kaum Muslimin.  Langkah-langkahnya menuju kota Madinah pun harus dia lalui dengan terbakarnya hati oleh api penyesalan.

Sesampainya di Madinah, dia langsung menuju rumahnya, namun tidak dalam rangka melepas rindu dengan istri dan anak-anaknya, dia masuk ke rumah hanya untuk mengambil tali dan langsung pergi ke masjid Nabawi.  Dengan tali itu dia mengikat dirinya kuat-kuat pada salah satu tiang masjid seraya berkata dengan suara lantang, "Ya.. Allah..! sungguh aku telah berbuat dosa, dan sebelum Engkau terima tobatku, aku tidak akan melepaskan diriku dari ikatan ini..!"

Diriwayatkan, bahwa untuk selain shalat dan membuang hajat, dia tidak pernah melepas ikatan dari tubuhnya.  Begitu selesai shalat dia cepat-cepat kembali mengikat dirinya dengan tali sambil berdoa,"Ya.. Allah..! aku telah bersalah, aku telah berbuat dosa besar, aku telah berkhianat pada Islam dan kaum Muslim, aku telah meghianati nabi-Mu.  Ya.. Allah..! sebelum Engkau mengampuni dosaku, aku akan tetap dalam keadaan seperti ini sampai kapan pun, bahkan sampai ajal menjemput".

Berita ini akhirnya sampai ke telinga Rasulullah SAW, beliau berkata, "Seandainya dia datang padaku dan mengaku telah berbuat dosa, maka aku akan memintakan ampunan baginya kepada Allah SWT.  Akan tetapi dia telah memilih jalannya sendiri untuk meminta ampunan kepada Allah SWT, maka biarlah Allah yang mengurusnya".

Tidak lebih dari dua hari dua malam dari peristiwa itu, tiba-tiba Rasulullah SAW menerima wahyu dari Allah SWT di rumah Ummu Salamah yang di dalamnya diberitakan kepada beliau bahwa tobat lelaki yang mengikat dirinya di tiang masjid itu telah diterima.  Kepada Ummu Salamah , Rasulullah berkata,"Wahai Ummu Salamah, tobat Abu Lubabah telah diterima".  Ummu Salamah berkata, "Ya.. Rasulullah, apakah engkau mengizinkan aku untuk menyampaikan berita gembira ini kepadanya..?" Beliau berkata,"Aku tidak melarangmu".

Dari salah satu kamar di rumah Ummu Salamah yang mempunyai jendela yang mengarah ke masjid.  Ummu Salamah mengeluarkan kepalanya dari jendela dan berkata kepada Abu Lubabah, "Sebuah berita gembira untukmu, baru saja aku dengar dari Rasulullah SAW, tobatmu telah diterima oleh Allah SWT.

Berita ini sangat cepat tersebar di kota Madinah, penduduk kota itu tumpah ruah memenuhi masjid Nabawi untuk melepas ikatan tali yang melilit erat di tubuh Abu Lubabah.  Namun Abu Lubabah tidak mengizinkannya seraya berkata, "Aku menginginkan Rasulullah SAW dengan tangannya yang penuh berkah sebagai orang yang membuka ikatanku ini".

Permintaan Abu Lubabah segera disampaikan kepada beliau dan Rasulullah SAW pun segera masuk ke dalam masjid lalu membuka ikatan dari tubuh Abu Lubabah sambil berkata, "Wahai Abu Lubabah tobatmu telah diterima, sebagaimana firman Allah : 'Innallaha yuhibbut tawwabina wa yuhibbul mutathahhirin'.  Ibaratmu saat ini adalah ibarat seorang bayi yang baru saja dilahirkan oleh ibunya, tak setitik pun noda yang tersisa dalam dirimu".

Saat itu juga, Abu Lubabah berkata kepada Rasulullah SAW, "Ya.. Rasulullah.. sebagai tanda rasa syukurku kepada Allah SWT atas diterimanya tobatku ini, maka aku akan sedekahkan seluruh hartaku di jalan Allah."

Rasulullah SAW menjawab, "Jangan kau lakukan itu..!"

Dia berkata, "Ya.. Rasulullah.. sebagai rasa syukurku, izinkan aku untuk mensedekahkan dua pertiga darinya".

Beliau berkata, "Jangan...!"

Abu Lubabah berkata, "Izinkan aku memberikan separuhnya..!"

Nabi menjawab, "Jangan...!"

Untuk terakhir kalinya dia meminta restu, "Izinkan aku untuk memberikan sepertiga darinya..!"

Rasulullah SAW berkata, "Aku tidak melarangmu".

Di dalam Islam, semua hal terukur dengan tepat dan sesuai dengan porsinya.  Bahkan dalam urusan infak dan sedekah, Islam tidak membiarkan penganutnya untuk berbuat semau hatinya dan melampaui batas-batas yang telah ditetapkan.  Karena dalam harta setiap orang, terkandung hak-hak istri dan anak-anak.  Sedekahkan sepertiganya dengan ikhlas, dan simpanlah sisanya untuk menghidupi kluargamu.

0 Response to "Jangan Melampaui Batas Dalam Berinfak"

Post a Comment

komentar anda adalah pelajaran untuk saya.....