Kisah Keislaman Khalifah Umar bin Khatab RA
Ia adalah Umar bin Khatab bin Nufail bin Abdul Izzah bin Ka'ab bin Luay bin Fihr. Nasabnya bertemu dengan nasab Nabi Muhammad SAW pada Ka'ab bin Luay. Ia adalah orang Quraisy dari Bani 'Adi. Waktu itu kabilah bertanggung jawab terhadap urusan diplomasi/kedutaan pada masa jahiliyyah, sementara ia sendiri bertangggung jawab terhadap kedutaan dalam kabilahnya. Tatkala terjadi perselisihan di antara para kabilah, dialah orang yang berusaha melerai dan mendamaikan. Hal ini menunjukkan kecerdasan akal, keadilannya, kebijaksanaannya dan kemampuannya.
Meskipun ia memiliki keturunan, nasab dan kedudukan mulia dalam keluarga, tapi pada masa jahiliyyah ia sering minum khamr dan mengubur hidup-hidup anak perempuan.
Disebutkan sebuah cerita aneh bahwa ia pernah membuat berhala dari kurma dan menjadikannya sebagai sesembahan. Ketika ia merasa lapar ia pun memakannya. Ketika berhala tersebut telah masuk ke dalam perutnya ia pun merasa malu, bahkan ia merasa lebih malu lagi ketika ia mengeluarkannya sebagai kotoran.
Tatkala telah menjadi Khalifah, ada seorang pemuda mendatanginya dan bertanya, "Wahai Amirul Mukminin..! bukankah engkau pernah berbuat demikian. Apakah engkau tidak memiliki akal..?" Umar bin Khatab lantas menjawab, "Wahai anakku ketika itu kami memiliki akal, tetapi kami tidak memiliki hidayah".
Tatkala telah menjadi Khalifah, ada seorang pemuda mendatanginya dan bertanya, "Wahai Amirul Mukminin..! bukankah engkau pernah berbuat demikian. Apakah engkau tidak memiliki akal..?" Umar bin Khatab lantas menjawab, "Wahai anakku ketika itu kami memiliki akal, tetapi kami tidak memiliki hidayah".
Umar bin Khatab sebelum memeluk Islam, melihat jumlah kaum muslimin semakin bertambah, dia berencana hendak membunuh Nabi Muhammad SAW. Ia mengambil pedang dan keluar dengan tekad bulat untuk membunuh Nabi. Mengetahui gelagat Umar, salah seorang sahabat Nabi yang menyembunyikan keislamannya bertanya kepadanya "Hendak kemanakah engkau wahai Umar..?"Umar lalu menjawab, "Aku melihatmu telah mengikuti Muhammad" Shabat tersebut berkata,"Sesungguhnya saudara perempuanmu beserta suaminya telah beriman kepada agama Muhammad"."Benarkah begitu..?" tanya Umar, "Ya..!" jawab sahabat itu. Ia ingin mengurungkan niat Umar untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.
Kemarahan Umar pun memuncak, ia pergi menuju rumah saudarinya. Sesampainya di sana ia ketuk pintu dengan keras. Ketika itu di dalam rumah terdapat Khabab bin Al-Arat yang sedang mengajarkan Al-Qur'an kepada Sa'id bin Zaid dan istrinya Fatimah binti Al-Khatab. Menyadari kedatangan Umar bin Khatab, Khabab bin Al-Arat bersembunyi di dalam rumah. Ketika Umar berhasil masuk, ia mencengkeram Sa'id bin Zaid, suami saudarinya, "Sesungguhnya engkau telah keluar dari agamamu dan mengikuti agama Muhammad..!" kata Umar dengan kemarahan yang memuncak.
Sa'id lalu menjawab, "Wahai Umar..! apakah engkau melihat jika kebenaran itu terletak pada selain agamamu..?" Mendengar penuturannya tersebut, Umar lantas mendorongnya dan menyungkurkannya hingga jatuh ke tanah lalu memukulnya dari atas. Melihat kejadian tersebut, keluarlah Fatimah untuk membela suaminya, dan lagi-lagi Umar menempeleng wajah Fatimah hingga darah keluar dan mengalir dari wajahnya. Fatimah kemudian berkata kepada Umar, "Apakah engkau melihat jika kebenaran itu terletak pada selain agamamu..?" ketika itu tangan Fatimah sedang memegang Mushaf. Umar lalu berkata, "Berikanlah apa yang engkau pegang itu kepadaku..!" Fatimah menjawab,"Engkau masih nadjis, dan engkau tidak akan mendengarkannya hingga engkau mandi".
Tatkala Umar melihat darah mengalir dari wajah Fatimah dan ketundukannya dalam menjalankan perintah, hatinya pun luluh. Ia kemudian berkata, "Ya.. aku akan mandi". Kemudian ia pergi dan mandi. Sesaat kemudian Fatimah memberinya mushaf tersebut lantas ia membaca,
"Thaa'haa'. Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah). Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas 'Arsy. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang ada di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia yang lebih tersembunyi. Dia-lah Allah, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al asmaul husna (nama-nama yang baik)". (Al-Qur'an Surah Thaha : 1-8)
Setelah itu Umar bin Khatab berkata, "Kalimat ini tidaklah mungkin diucapkan oleh seseorang pun, kecuali Rabb semesta alam". Lalu ia meminta Fatimah agar menunjukkan tempat Nabi Muhammad SAW. Fatimah kemudian menenagkan Khabab bin Al-Arat bahwa keadannya telah aman. Maka keluarlah Khabab dari persembunyiannya seraya berkata kepada Umar, "Wahai Umar, beliau berada di rumah Al-Arqam bin Abi Arqam, dan aku tidak melihat keadaanmu sekarang ini melainkan karena hasil doa Nabi Muhammad SAW 'Ya.. Allah.. muliakanlah islam dengan salah seorang dari dua Umar, yaitu Umar bin Khatab atau Amru bin Hisyam'", Umar kemudian berkata, "Apakah beliau telah berdoa untukku..?" Khabab menjawab, "Ya.. maka pergilah dan temuilah beliau wahai Umar".
Umar pun lalu pergi menuju rumah Al-Arqam. Saat pintu diketuk, Bilal bertanya, "Siapa di luar..?" Umar lalu menjawab, "Umar bin Khatab" Mendengar jawaban itu, semua orang yang berada di dalam rumah bergetar tubuhnya. Hamzah bin Abdul Muthalib menenangkan, "Bukalah pintu untuknya. Jika ia datang untuk kebaikan, maka kita akan memberikan kemurahan kepadanya. Tetapi jika ia datang dengan membawa keburukan, maka akulah yang akan menghadapinya".
Adalah Nabi Muhammad SAW mendoakan setiap orang sesuai dengan kepribadiannya. Tatkala kepribadian Umar bin Khatab itu kuat, maka secara tabiat, bergaul dengannya pun harus dengan cara yang kuat. Nabi Muhammad SAW kemudian menemuinya dan memegang bajunya serta menggertaknnya dengan keras.
Umar bin Khatab mengisahkan, "Hingga aku jatuh bertumpu di atas kedua lututku". Nabi Muhammad SAW kemudian berkata kepadanya "Apakah sekarang engkau telah memeluk agama Islam wahai Ibnul Khatab..?" Umar bin Khatab kemudian membaca dua kalimat syahadat, "Saya bersaksi bahwa tidak ada Illah kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah".
Sesaat suasana menjadi hening dan sejurus kemudia takbirpun menggema, "Allahu Akbar..!
0 Response to "Kisah Keislaman Khalifah Umar bin Khatab RA"
Post a Comment
komentar anda adalah pelajaran untuk saya.....